KHOBAR PARJOLO
Lewat Blog Cerita ini, penulis ingin menceritakan “Cerita Sampuraga” versi penggabungan cerita
Sampuraga dari sumber internet dan sumber CD koleksi penulis. Tujuannya untuk lebih mudah dipahami.
Alasan hal ini penulis gabungkan karena cerita Sampuraga versi tulisan internet tidak spesifik
sehingga bagaimana gambaran kedurhakaan Sampuraga tidak jelas, Begitu juga dengan penderitaan
ibunya tidak terlalu jelas.
Dugaan penulis, cerita yang tidak terlalu jelas tidak terlalu
berpengaruh pada efek Afektif, kognitif dan behavior pembacanya. Sedangkan tujuan cerita adalah untuk
pengaruh tersebut. Artinya membuat sipembaca untuk tidak seperti si "Sampuraga".
POSISI PENULIS :
- Pada setiap cerita, penulis (Uwa72gar) seolah bercerita pada keponakan sendiri yang penulis sebut "si 72gar".
- Cerita ini adalah ulangan pemuatan.
SAMPURAGA :
Sebelum Uwa mulai bercerita, mari kita simak terlebih dahulu lirik lagu
dari Irama Gambus Mandahiling yang berjudul “Sampuraga”.
Sampuraga... namaila Marinang
Sampuraga... namaila Marinang
Ale...namaila Marinang
Legende di Mandailing
si Sampuraga nadurhako
baen ingoton di natading
Jadi tauladan di namamboto
jadi tauladan di namamboto
Manyogot di ombun manyorop
Dainang tangis tarilu-ilu
Manyogot di ombun manyorop
Dainang tangis tarilu-ilu
Sampuraga tu Dainang mangido moof
Langka ma au inang...do’ahon au
Langka ma au inang...do’ahon au
Ale...langkama au inang ...do’ahon au
Sampuraga dipangarattoan
dapotan baru halak nakayo
Sampuraga lupa daratan
lupa tu inang jadi durhako
Ale...lupa tu Inang jadi durhako
Hukum karma sian Tuhan
aek susu dainang jadi lautan
Mate bonomma sahumaliang
dohot si Sampuraga anak durhako
Demikian, singkat cerita Sampuraga yang telah di ramu ibu Dinillah Afdillah
dalam bentuk syair lagu. Untuk melengkapi syair tersebut, berikutnya Uwa72 akan bercerita
lebih rinci mengenai Sampuraga ini. Mudah-mudahan para poparan kel. Bgd.Manahan dapat me
ngambil manfaat dari cerita ini.
Awal mula cerita ini para 72gar bermula dari Huta ni uma Hapsah yaitu Padang Bolak pada tahun antah barantah (Penulis tidak mengetahui Di huta ini tinggallah satu keluarga yang terdiri dari satu anak dan seorang ibu naung mabalu ( suaminya
meningal. Anak dan ibu ini dalam
pekerjaannya sehari-hari ha
nyalah buruh dari seorang majikan.
Pekerjaan lainnya dari ibu
dan anak ini hanyalah pen
cari kayu bakar yang kemu
dian di jual ke pasar sebagai
biaya hidup mereka.
Karena adanya keinginan besar
untuk merobah kehidupan kehal yang
lebih baik, adanya kasih sayang untuk
membahagiakan orang tua, maka si
Sampuraga meminta ijin pada ibunya
untuk pergi merantau.
Demikian pembicaan Sampuraga sama ibunya :
Sampuraga : O...uma, uma...o...uma,
hita nahais manyogot
tuduk potang. Pangomo
an hum namambuat soban, undenggan ma uma au kehe tan-
dang mangaratto tu Huta Naleban, uma...olo uma,...olo uma !
Ibunya : Sampuraga, anakku amang si nuan tunas, hodo batu-batu ni pusu
ku Amang, ulang tinggalhon au Amang nasosak napas. Muda lak
ka ma amang simanjojakmu tu nadaoma so martujuan, tu ise do
amang partonaonku, tudia doho amang nangkan jalahan
Sampuraga : Muda langka pe au atcogot, tibu do au mulak, ate-atekku pe
marngot-ngot huboto do uma damadung marsak.
Ibunya : Anggo nungi damang keputusannmu, lakkami nadabe tarambatan
hupabuatho Amang dohot do’akku, horas maho amang marhator
kisan. Hutukkus indahan balanjomu, hutaon Amang marsuap ilu ni
mataulangho lupa Amang tu Inangmu nadung mabalu.
Para72gar pahoppu Oppu Rino, se
telah mendapat persetujuan dari ibunya
maka Sampuragapun, berangkat meran
tau ke Huta Na Leban.
Huta na Leban ini terakhir diketahui
adalah suatu kerajaan yang bernama si
“Rambas”, Kerajaan ini ada di Panyabu-
ngan Mandailing saat ini. Dan situsnya
pun ada ditempat desa si Rambas.
Kita lanjut para72gar, pajeges parsa-
raormi Syahrul Ramdhan. Setelah si
Sampuraga di kerajaan si “Rambas”
maka beliapun memulai aktifitasnya, bekerja keras merobah kehidupan ke
hal yang lebih baik sesuai dengan tujuan. Karena kerja kerasnya, prestasi
nya dan lain hal, maka si Sampuragapun mendapat perhatian dari Raja
Sampuraga berkesempatan untuk mendapat pekerjaan pada usaha dagang yang dimiliki oleh raja Silanjang. Kebiasaannya bekerja dengan ra jin dan jujur mendapat pujian dari sang raja sehingga rajapun memper cayakan sepenuhnya kepada usaha perdagangannya sehingga menjadi maju sangat pesat. Dengan sendirinya Sampuraga menjadi kaya raya. Kehidupannya sudah menjadi saudagar kaya dengan penampilan bagaikan raja pula.Raja Silanjang menjadi jatuh hati kepada kesuksesan Sampuraga sehingga dia berniat mengawinkan putrinya dengan Sampuraga. Niatan itu tidak disia-siakan oleh Sampuraga lalu dia secara resmi melakukan pinangan. Tiba saatnya perkawinan dilangsungkan dalam suatu pesta meriah dengan mengundang raja-raja di sekitar negri itu. Berita pesta perkawinan itupun sampai ke telinga ibunya. Ibunya serasa tidak percaya bahwa anaknya ternyata telah sukses di negri orang dan menjadi seorang raja yang sedang melangsungkan perkawinannya.Sempat terlintas dipikiran ibunya dan bertanya dalam hatinya mengapa Sampuraga tidak memberitahukan rencana perkawinannya dengan putri raja itu kepada ibunya? Apakah dia sudah melupakan ibunya? Namun masih terngiang ditelinganya bagaimana Sampuraga meyakinkan ibunya bahwa dia harus berhasil untuk merubah nasib mereka. Ibunya memberanikan diri untuk menghadiri pesta perkawinan Sampuraga anaknya itu. Dengan bersusah payah maka diapun sampailah di tempat acara berlangsung.Dengan tubuh tua dan lusuh, ibunya terlihat menyolok disekitar pesta itu. Ibunya berusaha untuk bertemu langsung kepada Sampuraga, namun dia selalu tersingkir dari keramaian para undangan para raja-raja dan orang-orang kaya. Kemudian ibunya memberanikan diri berkata kepada
cayakan sepenuhnya usaha perda gangannya sehingga menjadi maju sangat pesat.
Dengan sendirinya Sampuraga menjadi kaya raya. Kehidupannya sudah menjadi saudagar kaya deng an penampilan bagaikan raja pula. Raja S ilanjang m enjadi jatuh hati kepada kesuksesan Sampuraga sehingga dia berniat mengawinkan putrinya dengan Sampuraga. Niatan itu tidak disia-siakan para 72gar.
Maka setelah t iba saatnya Sampuragapun meminang. Tiba saatnya perkawinan dilangsungkan dalam suatu pesta meriah dengan mengun dang raja-raja di sekitar negri itu. Berita pesta perkawinan itupun sampai ke telinga ibunya. Ibunya serasa tidak percaya bahwa anaknya ternyata telah sukses di negri orang dan menjadi seorang raja yang sedang me langsungkan perkawinannya.
Sempat terlintas dipikiran ibunya dan bertanya dalam hatinya mengapa Sampuraga tidak memberitahukan rencana perkawinannya dengan putri raja itu kepada ibunya? Apakah dia sudah melupakan ibunya? Namun masih terngiang ditelinganya bagaimana Sampuraga meyakinkan ibunya bahwa dia harus berhasil untuk merubah nasib mereka.
Akhirnya Ibunya memberanikan diri untuk menghadiri pesta perka winan Sampuraga anaknya itu.
Tapi para 72 gar, jarak antara
Padang Bolak dengan Panyabung an tidaklah sedekat jarak antara Lobu Jelok dengan Hutasuhut, ha nya dengan mambelok saotik ma ka kitapun akan sampai.
Untuk sampai dari Padang Bolak ke Panyabungan pada masa lampau bisa jadi harus melalui lampau bisa jadi harus melalui 7 lapis gunung yang penuh dengan hutan
belantara, tor tu tor, rura tu rura, tobing tu tobing, gasgas tu gasgas, rungga tu rungga, harus dilalui untuk dapat sampai ke Kerajaan Si Lanjang atau
si Lancang di Panyabungan.
Belum lagi tempat-tempat angkernya
mual di toru ni haruaya bagas parpodo
man ni segala jihin, parbegubegu
an asar ni sagala begu. Semuanya ini
harus dilalui oleh ibu Sampuraga ini.
Untuk kekusastraan Batak Angkola-
nya Oppui Odang S, telah meramunya
dalam lagu yang berjudul “Sampuraga”
Lagu ini menceritakan kisah perjalan
an ibunya pada saat berangkat menca
ri si Sampuraga. Berikut kutipannya
dan hayati syairnya :
Surat sanga tona pe
nada bolkas
Lungun ni Inangmon
namar si tutu
Marsak merjeng da
Amang si nuan tunas
Sibukku damang
marniang Marjinggolu
Di porom damang
da so tar porom
Burukpe appang
lek naso malamun
Morong pe au damang
morong-orong
Pupu marun batuk
hodo si ubat lungun
Hutegeti mardalan
mosor-osor
Manjalaki anakku
ho Sampuraga
Mamolus tombak
si longon-longon
Na manuat amang
jumomba jomba
Patakkas simanjojak
au amang
Pagayung alang
ni si mangido
Songon labi au mar
dalan gumapa gapa
Manjalaki ho amang
lek so pasuo
Nada tottu au amang
marpayongon
Sipareonku manetek
tu bibirki atcim
Marapi ni puncak
boltok marreuk
Marsupa gonggam
ni si mangido
Manombo mangan
ube ni sihim
Batu ni rimbangpe
amang huporngas
Marsak merjeng
sibukku mangging
Namalungun amang
tu si nuan tunas
Allah maha kuasa, jika dia berkehen
dak apapun bisa terjadi. Maka sampai
jugalah Ibu yang malungun tu si nuan
tunas ini ke kerajaan si Lanjnang di
Panyabungan.
Pada saat sampainya, si Sampura
ga lagi mengadakan pesta pernikahan
nya dengan boru ni si Raja Lanjang.
Melihat penampilan ibu ini, masya-
rakat kerajaan ini agak kaget karena
ibu ini terlihat begitu miskin, bajunya
pun di dukkapan, belum lagi pama
ngnya kurus kering serta butuha nama
lean dohot nguasan.
Karena kondisi ibu ini sudah tidak
terkondisikan, maka beliapun mulai
memberanikan diri untuk marsapa
ditengah-tengah kemeriahan pesta
si Sampuraga :
Ibu Sampuraga :
Marsapa ja da amang, huta aha de
amang goar nion ?
Penjaga makanan :
Huta si Rambas Inang.
Ibu Sampuraga :
Tai ribur huida halak Amang, ahado
na masa namuba ?
Penjaga makanan :
Tai pajongjong horja rajai.
Ibu Sampuraga :
Adong amang marsuo dihamu anakku
na margoar si Sampuraga ?
Penjaga makanan :
Ah...tai na tusia ma dipabagas boru ni
rajai, inda iboto halak uma laknani.
Ibu Sampuraga :
Inda Amang, iado jalahanku
Penjaga makanan :
Tai pandoknia, madung matedo inang
nia, songononma umani rajai, naso
tidak-tidak dohalalaida.
Ibu Sampuraga :
Baen majo amang tu takaron indahan
munui, Ahama namale, betak napiga
arima naso mangani amang.
Penjaga Makanan :
Natar lehen inang songononma bahat
na nagot mangan
Uma Sampuraga :
Aek majo anggo songoni, pinomatna
sandornguk amang. Nguas nai amang
anakku doda amang si Sampuragai.
Penjaga Makanan :
Usir anak boru natobang on,
(Pada saat ibu ini mendapat perlakuan
tak baik dari penjaga makanan, tiba-
tiba ia melihat anaknya si Sampuraga
dengan pakaian kebesarannya) :
Ibu Sampuraga :
O...Amang anakku Sampuraga, tap-
pukni pusupusukku Amang, jagitbo
Amang tangankon aso huabinko, aso
hu umma. Amang... ubatni lungunku
Amang Sampuraga :
Amang tappuk ni pusu pusukku
diparsuohon tuhan dope hita
Jagit tangankon aso hualukko hu umma
ubat ni lungunku Amang Sampuraga
Mardalan pe Amang marunjom-unjom
pupu unggal pupu tombom
Dung marsuo hape ho amang mangkunyom
Ate-atekkon Amang songon nadi sombom
Di na laos lakkaho sian bagasta
hutukkus indahan margule sira
Hape sannari ho Amang madung Raja
ulang ho Amang maila marina
Hape sannari ho Amang madung Raja
ulang ho Amang maila marina
Para 72gar, setelah mendengar
perkataan dari ibunya ini, maka
Sampuragapun turun dari istana
kerajaannya, sambil berkata :
Sampuraga :
He...! anak boru natobang,
ulangho disi, mabaen malu.
Madung matedo Amangku dohot
Inangku. (lanjutkan 72gar tarik
napas......)
Patutdo songonko on Umakku
au sada Raja. Narittik do rokku
on bo. Morot...! Morot...!! Morot......!
Morot...!!! Naso mamboto uttung
kehe sianon. Ulang dokkon - dok-
kon au anakmu. Jawab...! jawab...!
Ibu Sampuraga :
Nanggo lupa au Amang, adongdo
tihas di tanggorumu, ligi jolo da
mang. Sian tagukonkon doda ho
amang managuk. Aek ni susukkon
do Amang pagodang-godangko. Ja
ri-jarikkon do amang namagurasi
lappinmi. Sambilan bulanho amang
dibutahakkon. Hatcit Amang. Hatcit
Amang mangkandungko, mangala
hirkon kho.
Ipattar bulu bagas nai tukkolani
Amang kho lahir. Isi maho amang
lahir Sampuraga. Ho Amang anak
ku Amang Sampuraga. Amang
anakku amang.
(Mendengar perlakuan tak baik dari
si Sampuraga pada ibunya maka
istrinyapun berucap) :
Istri Sampuraga :
Na sogoni be dabo, anggo natutu
Inanta tapature. Bope miskin Inanta
doi. Au namaila au paturei. Naron
durokoho. Nadurokoi duroko pula
baginyo.
(Para tujupulu dua gar, mendengar
ucapan istrinya ini, tambah marah-
lahsi Sampuraga, dan dengan sua
ra lantang dia berkata) :
Sampuraga :
Ulu Balang...! Ulu balang...!
Ulu balang...! sarat sianon anak
boru onbo. Sarat....! sarat...! sarat
na tobang sosuanonon. Natobang
so suanon on. Ayak sianon on.
Ayak..! Morot...! Morot....ttt.......!.
Usir sianon. Usir, usir, usir.
(Ini photo ese-ecenya 72gar)
Muda nara dak-dak, pangumban
songoni. Umban namahuai. Mam-
baen malu tu Raja si Rambas.
Mambaen malu tu Raja Sirambas.
Sarat. Sarat...! Sarattttttt............!
Para pahoppu, Oppu Rino. Setelah
Mendapat perlakuan kasar dari Sam
puraga bersama Hulu Balangnya,
maka ibunyapun berucap :
Makkasuak Amang abitkon
idahodo baju nadidukkapan
Di sarat au Amang di rekrekkon
Inda podo tuk hatcitni naso mangan
Makka barbar makka bugang mar
mudari sibukkon Amang boti mardaro
Pangumbani ni Ulu Balang
saotik peho Amang nada mangibo
Di usir ho au Amang Sampuraga
sian tagukonkon doho amang managuk
Dilehen Tuhan diho pangajaran
ibanado pangaduan laos mangangguk.
O..... Sampuraga namaila marina.
Aek ni susukkon dodamang nai
painum inummi. Sian tagukokkon
doho managuk Amang.
O..... Tuhanku. Lehen di anakkon
palajaran. Di anak na durako.
O...Sampuraga anak na durako.
Sampuraga....Sampuraga...........
Sampuraga................................!
(Akhirnya para 72gar, dalam rasa sa
kit hati yang mendalam, ibu Sampu
raga inipun berujar, menyumpah,
meminta pada sang Ilahi) :
O..... Tuhanku. Lehen di anakkon
palajaran. Di anak na durako.
O...Sampuraga anak na durako.
Sampuraga....Sampuraga...........
Sampuraga................................!
Demikian cerita si Sampuraga 72gar.
Sampuraga namaila marina berakhir
dengan mate bonom.
Selanjutnya Uwa72garmerokok dulu
sebatang sambil perpikir-pikir apa ke-
simpulan bagi kita dengan mengetahui
cerita Sampuraga ini, untuk itu titik dua
koma la dulu. oke...!
Tulilla ma tulilla
tulilla ni padang-padang
tudiape natudia
jolo manginup majo sa
Kesimpulan Sekarang, bege Rino,
Mat, Sar, Hap, HY dan HT, Man, Syah,
dan fas :
Sada :
Dengan mengetahui cerita ini, kiranya
para pahoppu Oppu Rino terhindar da-
ri tragedi Sampuraga.
Dua :
Dengan mengetahui cerita ini, hendak
nya seorang anak lebih memperhatikan
orang tuanya.
Tiga :
Cerita ini pantas diceritakan kepada
anak dengan gaya penyesuaian sesuai
pemahaman anak. Tidak menceritakan
dengan gaya menakutnakuti.
Empat :
Jika ada kesempatan, waktu dan tem-
pat tak ada salahnya para 72gar men-
gunjungi situsnya di Desa Sirambas
Panyabungan Madina. Wassalam
titik ,
Lima :
Cerita ini, adalah hasil ramuan Uwa
72gar dari hasil mendengar lagu dan
info-info internet.
Enam :
Kepada para anggota Gambus Man
dahiling pimpinan Ibu Danillah dan
Odang S. serta Masdani dan para
krunya sebagai peramu sastra ang
kola Uwa ucapkan Terimakasih.
Publikasi hanya sebatas keperluan
keluarga besar Bgd. Manahan.
Angkola Sipirok.
Sumber : Cerita Internet + CD Koleksi Penulis
Cat : - Salut buat ibu Dinillah dan Odang S. dalam meramu cerita Sampuraga
- Jika rezeki terbagi, tak ada salahnya kita melihat peninggalannya.
- Pada saat tulisan ini dibuat, penulis merasa seperti mau menangis
atas derita yang dialami si Ibu Sampuraga (Paten kali syairnya, dalam
kali maknanya).
Lewat Blog Cerita ini, penulis ingin menceritakan “Cerita Sampuraga” versi penggabungan cerita
Sampuraga dari sumber internet dan sumber CD koleksi penulis. Tujuannya untuk lebih mudah dipahami.
Alasan hal ini penulis gabungkan karena cerita Sampuraga versi tulisan internet tidak spesifik
sehingga bagaimana gambaran kedurhakaan Sampuraga tidak jelas, Begitu juga dengan penderitaan
ibunya tidak terlalu jelas.
Dugaan penulis, cerita yang tidak terlalu jelas tidak terlalu
berpengaruh pada efek Afektif, kognitif dan behavior pembacanya. Sedangkan tujuan cerita adalah untuk
pengaruh tersebut. Artinya membuat sipembaca untuk tidak seperti si "Sampuraga".
POSISI PENULIS :
- Pada setiap cerita, penulis (Uwa72gar) seolah bercerita pada keponakan sendiri yang penulis sebut "si 72gar".
- Cerita ini adalah ulangan pemuatan.
SAMPURAGA :
Sebelum Uwa mulai bercerita, mari kita simak terlebih dahulu lirik lagu
dari Irama Gambus Mandahiling yang berjudul “Sampuraga”.
Sampuraga... namaila Marinang
Sampuraga... namaila Marinang
Ale...namaila Marinang
Legende di Mandailing
si Sampuraga nadurhako
baen ingoton di natading
Jadi tauladan di namamboto
jadi tauladan di namamboto
Manyogot di ombun manyorop
Dainang tangis tarilu-ilu
Manyogot di ombun manyorop
Dainang tangis tarilu-ilu
Sampuraga tu Dainang mangido moof
Langka ma au inang...do’ahon au
Langka ma au inang...do’ahon au
Ale...langkama au inang ...do’ahon au
Sampuraga dipangarattoan
dapotan baru halak nakayo
Sampuraga lupa daratan
lupa tu inang jadi durhako
Ale...lupa tu Inang jadi durhako
Hukum karma sian Tuhan
aek susu dainang jadi lautan
Mate bonomma sahumaliang
dohot si Sampuraga anak durhako
Demikian, singkat cerita Sampuraga yang telah di ramu ibu Dinillah Afdillah
dalam bentuk syair lagu. Untuk melengkapi syair tersebut, berikutnya Uwa72 akan bercerita
lebih rinci mengenai Sampuraga ini. Mudah-mudahan para poparan kel. Bgd.Manahan dapat me
ngambil manfaat dari cerita ini.
Awal mula cerita ini para 72gar bermula dari Huta ni uma Hapsah yaitu Padang Bolak pada tahun antah barantah (Penulis tidak mengetahui Di huta ini tinggallah satu keluarga yang terdiri dari satu anak dan seorang ibu naung mabalu ( suaminya
meningal. Anak dan ibu ini dalam
pekerjaannya sehari-hari ha
nyalah buruh dari seorang majikan.
Pekerjaan lainnya dari ibu
dan anak ini hanyalah pen
cari kayu bakar yang kemu
dian di jual ke pasar sebagai
biaya hidup mereka.
Karena adanya keinginan besar
untuk merobah kehidupan kehal yang
lebih baik, adanya kasih sayang untuk
membahagiakan orang tua, maka si
Sampuraga meminta ijin pada ibunya
untuk pergi merantau.
Demikian pembicaan Sampuraga sama ibunya :
Sampuraga : O...uma, uma...o...uma,
hita nahais manyogot
tuduk potang. Pangomo
an hum namambuat soban, undenggan ma uma au kehe tan-
dang mangaratto tu Huta Naleban, uma...olo uma,...olo uma !
Ibunya : Sampuraga, anakku amang si nuan tunas, hodo batu-batu ni pusu
ku Amang, ulang tinggalhon au Amang nasosak napas. Muda lak
ka ma amang simanjojakmu tu nadaoma so martujuan, tu ise do
amang partonaonku, tudia doho amang nangkan jalahan
Sampuraga : Muda langka pe au atcogot, tibu do au mulak, ate-atekku pe
marngot-ngot huboto do uma damadung marsak.
Ibunya : Anggo nungi damang keputusannmu, lakkami nadabe tarambatan
hupabuatho Amang dohot do’akku, horas maho amang marhator
kisan. Hutukkus indahan balanjomu, hutaon Amang marsuap ilu ni
mataulangho lupa Amang tu Inangmu nadung mabalu.
Para72gar pahoppu Oppu Rino, se
telah mendapat persetujuan dari ibunya
maka Sampuragapun, berangkat meran
tau ke Huta Na Leban.
Huta na Leban ini terakhir diketahui
adalah suatu kerajaan yang bernama si
“Rambas”, Kerajaan ini ada di Panyabu-
ngan Mandailing saat ini. Dan situsnya
pun ada ditempat desa si Rambas.
Kita lanjut para72gar, pajeges parsa-
raormi Syahrul Ramdhan. Setelah si
Sampuraga di kerajaan si “Rambas”
maka beliapun memulai aktifitasnya, bekerja keras merobah kehidupan ke
hal yang lebih baik sesuai dengan tujuan. Karena kerja kerasnya, prestasi
nya dan lain hal, maka si Sampuragapun mendapat perhatian dari Raja
Sampuraga berkesempatan untuk mendapat pekerjaan pada usaha dagang yang dimiliki oleh raja Silanjang. Kebiasaannya bekerja dengan ra jin dan jujur mendapat pujian dari sang raja sehingga rajapun memper cayakan sepenuhnya kepada usaha perdagangannya sehingga menjadi maju sangat pesat. Dengan sendirinya Sampuraga menjadi kaya raya. Kehidupannya sudah menjadi saudagar kaya dengan penampilan bagaikan raja pula.Raja Silanjang menjadi jatuh hati kepada kesuksesan Sampuraga sehingga dia berniat mengawinkan putrinya dengan Sampuraga. Niatan itu tidak disia-siakan oleh Sampuraga lalu dia secara resmi melakukan pinangan. Tiba saatnya perkawinan dilangsungkan dalam suatu pesta meriah dengan mengundang raja-raja di sekitar negri itu. Berita pesta perkawinan itupun sampai ke telinga ibunya. Ibunya serasa tidak percaya bahwa anaknya ternyata telah sukses di negri orang dan menjadi seorang raja yang sedang melangsungkan perkawinannya.Sempat terlintas dipikiran ibunya dan bertanya dalam hatinya mengapa Sampuraga tidak memberitahukan rencana perkawinannya dengan putri raja itu kepada ibunya? Apakah dia sudah melupakan ibunya? Namun masih terngiang ditelinganya bagaimana Sampuraga meyakinkan ibunya bahwa dia harus berhasil untuk merubah nasib mereka. Ibunya memberanikan diri untuk menghadiri pesta perkawinan Sampuraga anaknya itu. Dengan bersusah payah maka diapun sampailah di tempat acara berlangsung.Dengan tubuh tua dan lusuh, ibunya terlihat menyolok disekitar pesta itu. Ibunya berusaha untuk bertemu langsung kepada Sampuraga, namun dia selalu tersingkir dari keramaian para undangan para raja-raja dan orang-orang kaya. Kemudian ibunya memberanikan diri berkata kepada
cayakan sepenuhnya usaha perda gangannya sehingga menjadi maju sangat pesat.
Dengan sendirinya Sampuraga menjadi kaya raya. Kehidupannya sudah menjadi saudagar kaya deng an penampilan bagaikan raja pula. Raja S ilanjang m enjadi jatuh hati kepada kesuksesan Sampuraga sehingga dia berniat mengawinkan putrinya dengan Sampuraga. Niatan itu tidak disia-siakan para 72gar.
Maka setelah t iba saatnya Sampuragapun meminang. Tiba saatnya perkawinan dilangsungkan dalam suatu pesta meriah dengan mengun dang raja-raja di sekitar negri itu. Berita pesta perkawinan itupun sampai ke telinga ibunya. Ibunya serasa tidak percaya bahwa anaknya ternyata telah sukses di negri orang dan menjadi seorang raja yang sedang me langsungkan perkawinannya.
Sempat terlintas dipikiran ibunya dan bertanya dalam hatinya mengapa Sampuraga tidak memberitahukan rencana perkawinannya dengan putri raja itu kepada ibunya? Apakah dia sudah melupakan ibunya? Namun masih terngiang ditelinganya bagaimana Sampuraga meyakinkan ibunya bahwa dia harus berhasil untuk merubah nasib mereka.
Akhirnya Ibunya memberanikan diri untuk menghadiri pesta perka winan Sampuraga anaknya itu.
Tapi para 72 gar, jarak antara
Padang Bolak dengan Panyabung an tidaklah sedekat jarak antara Lobu Jelok dengan Hutasuhut, ha nya dengan mambelok saotik ma ka kitapun akan sampai.
Untuk sampai dari Padang Bolak ke Panyabungan pada masa lampau bisa jadi harus melalui lampau bisa jadi harus melalui 7 lapis gunung yang penuh dengan hutan
belantara, tor tu tor, rura tu rura, tobing tu tobing, gasgas tu gasgas, rungga tu rungga, harus dilalui untuk dapat sampai ke Kerajaan Si Lanjang atau
si Lancang di Panyabungan.
Belum lagi tempat-tempat angkernya
mual di toru ni haruaya bagas parpodo
man ni segala jihin, parbegubegu
an asar ni sagala begu. Semuanya ini
harus dilalui oleh ibu Sampuraga ini.
Untuk kekusastraan Batak Angkola-
nya Oppui Odang S, telah meramunya
dalam lagu yang berjudul “Sampuraga”
Lagu ini menceritakan kisah perjalan
an ibunya pada saat berangkat menca
ri si Sampuraga. Berikut kutipannya
dan hayati syairnya :
Surat sanga tona pe
nada bolkas
Lungun ni Inangmon
namar si tutu
Marsak merjeng da
Amang si nuan tunas
Sibukku damang
marniang Marjinggolu
Di porom damang
da so tar porom
Burukpe appang
lek naso malamun
Morong pe au damang
morong-orong
Pupu marun batuk
hodo si ubat lungun
Hutegeti mardalan
mosor-osor
Manjalaki anakku
ho Sampuraga
Mamolus tombak
si longon-longon
Na manuat amang
jumomba jomba
Patakkas simanjojak
au amang
Pagayung alang
ni si mangido
Songon labi au mar
dalan gumapa gapa
Manjalaki ho amang
lek so pasuo
Nada tottu au amang
marpayongon
Sipareonku manetek
tu bibirki atcim
Marapi ni puncak
boltok marreuk
Marsupa gonggam
ni si mangido
Manombo mangan
ube ni sihim
Batu ni rimbangpe
amang huporngas
Marsak merjeng
sibukku mangging
Namalungun amang
tu si nuan tunas
Allah maha kuasa, jika dia berkehen
dak apapun bisa terjadi. Maka sampai
jugalah Ibu yang malungun tu si nuan
tunas ini ke kerajaan si Lanjnang di
Panyabungan.
Pada saat sampainya, si Sampura
ga lagi mengadakan pesta pernikahan
nya dengan boru ni si Raja Lanjang.
Melihat penampilan ibu ini, masya-
rakat kerajaan ini agak kaget karena
ibu ini terlihat begitu miskin, bajunya
pun di dukkapan, belum lagi pama
ngnya kurus kering serta butuha nama
lean dohot nguasan.
Karena kondisi ibu ini sudah tidak
terkondisikan, maka beliapun mulai
memberanikan diri untuk marsapa
ditengah-tengah kemeriahan pesta
si Sampuraga :
Ibu Sampuraga :
Marsapa ja da amang, huta aha de
amang goar nion ?
Penjaga makanan :
Huta si Rambas Inang.
Ibu Sampuraga :
Tai ribur huida halak Amang, ahado
na masa namuba ?
Penjaga makanan :
Tai pajongjong horja rajai.
Ibu Sampuraga :
Adong amang marsuo dihamu anakku
na margoar si Sampuraga ?
Penjaga makanan :
Ah...tai na tusia ma dipabagas boru ni
rajai, inda iboto halak uma laknani.
Ibu Sampuraga :
Inda Amang, iado jalahanku
Penjaga makanan :
Tai pandoknia, madung matedo inang
nia, songononma umani rajai, naso
tidak-tidak dohalalaida.
Ibu Sampuraga :
Baen majo amang tu takaron indahan
munui, Ahama namale, betak napiga
arima naso mangani amang.
Penjaga Makanan :
Natar lehen inang songononma bahat
na nagot mangan
Uma Sampuraga :
Aek majo anggo songoni, pinomatna
sandornguk amang. Nguas nai amang
anakku doda amang si Sampuragai.
Penjaga Makanan :
Usir anak boru natobang on,
(Pada saat ibu ini mendapat perlakuan
tak baik dari penjaga makanan, tiba-
tiba ia melihat anaknya si Sampuraga
dengan pakaian kebesarannya) :
Ibu Sampuraga :
O...Amang anakku Sampuraga, tap-
pukni pusupusukku Amang, jagitbo
Amang tangankon aso huabinko, aso
hu umma. Amang... ubatni lungunku
Amang Sampuraga :
Amang tappuk ni pusu pusukku
diparsuohon tuhan dope hita
Jagit tangankon aso hualukko hu umma
ubat ni lungunku Amang Sampuraga
Mardalan pe Amang marunjom-unjom
pupu unggal pupu tombom
Dung marsuo hape ho amang mangkunyom
Ate-atekkon Amang songon nadi sombom
Di na laos lakkaho sian bagasta
hutukkus indahan margule sira
Hape sannari ho Amang madung Raja
ulang ho Amang maila marina
Hape sannari ho Amang madung Raja
ulang ho Amang maila marina
Para 72gar, setelah mendengar
perkataan dari ibunya ini, maka
Sampuragapun turun dari istana
kerajaannya, sambil berkata :
Sampuraga :
He...! anak boru natobang,
ulangho disi, mabaen malu.
Madung matedo Amangku dohot
Inangku. (lanjutkan 72gar tarik
napas......)
Patutdo songonko on Umakku
au sada Raja. Narittik do rokku
on bo. Morot...! Morot...!! Morot......!
Morot...!!! Naso mamboto uttung
kehe sianon. Ulang dokkon - dok-
kon au anakmu. Jawab...! jawab...!
Ibu Sampuraga :
Nanggo lupa au Amang, adongdo
tihas di tanggorumu, ligi jolo da
mang. Sian tagukonkon doda ho
amang managuk. Aek ni susukkon
do Amang pagodang-godangko. Ja
ri-jarikkon do amang namagurasi
lappinmi. Sambilan bulanho amang
dibutahakkon. Hatcit Amang. Hatcit
Amang mangkandungko, mangala
hirkon kho.
Ipattar bulu bagas nai tukkolani
Amang kho lahir. Isi maho amang
lahir Sampuraga. Ho Amang anak
ku Amang Sampuraga. Amang
anakku amang.
(Mendengar perlakuan tak baik dari
si Sampuraga pada ibunya maka
istrinyapun berucap) :
Istri Sampuraga :
Na sogoni be dabo, anggo natutu
Inanta tapature. Bope miskin Inanta
doi. Au namaila au paturei. Naron
durokoho. Nadurokoi duroko pula
baginyo.
(Para tujupulu dua gar, mendengar
ucapan istrinya ini, tambah marah-
lahsi Sampuraga, dan dengan sua
ra lantang dia berkata) :
Sampuraga :
Ulu Balang...! Ulu balang...!
Ulu balang...! sarat sianon anak
boru onbo. Sarat....! sarat...! sarat
na tobang sosuanonon. Natobang
so suanon on. Ayak sianon on.
Ayak..! Morot...! Morot....ttt.......!.
Usir sianon. Usir, usir, usir.
(Ini photo ese-ecenya 72gar)
Muda nara dak-dak, pangumban
songoni. Umban namahuai. Mam-
baen malu tu Raja si Rambas.
Mambaen malu tu Raja Sirambas.
Sarat. Sarat...! Sarattttttt............!
Para pahoppu, Oppu Rino. Setelah
Mendapat perlakuan kasar dari Sam
puraga bersama Hulu Balangnya,
maka ibunyapun berucap :
Makkasuak Amang abitkon
idahodo baju nadidukkapan
Di sarat au Amang di rekrekkon
Inda podo tuk hatcitni naso mangan
Makka barbar makka bugang mar
mudari sibukkon Amang boti mardaro
Pangumbani ni Ulu Balang
saotik peho Amang nada mangibo
Di usir ho au Amang Sampuraga
sian tagukonkon doho amang managuk
Dilehen Tuhan diho pangajaran
ibanado pangaduan laos mangangguk.
O..... Sampuraga namaila marina.
Aek ni susukkon dodamang nai
painum inummi. Sian tagukokkon
doho managuk Amang.
O..... Tuhanku. Lehen di anakkon
palajaran. Di anak na durako.
O...Sampuraga anak na durako.
Sampuraga....Sampuraga...........
Sampuraga................................!
(Akhirnya para 72gar, dalam rasa sa
kit hati yang mendalam, ibu Sampu
raga inipun berujar, menyumpah,
meminta pada sang Ilahi) :
O..... Tuhanku. Lehen di anakkon
palajaran. Di anak na durako.
O...Sampuraga anak na durako.
Sampuraga....Sampuraga...........
Sampuraga................................!
Demikian cerita si Sampuraga 72gar.
Sampuraga namaila marina berakhir
dengan mate bonom.
Selanjutnya Uwa72garmerokok dulu
sebatang sambil perpikir-pikir apa ke-
simpulan bagi kita dengan mengetahui
cerita Sampuraga ini, untuk itu titik dua
koma la dulu. oke...!
Tulilla ma tulilla
tulilla ni padang-padang
tudiape natudia
jolo manginup majo sa
Kesimpulan Sekarang, bege Rino,
Mat, Sar, Hap, HY dan HT, Man, Syah,
dan fas :
Sada :
Dengan mengetahui cerita ini, kiranya
para pahoppu Oppu Rino terhindar da-
ri tragedi Sampuraga.
Dua :
Dengan mengetahui cerita ini, hendak
nya seorang anak lebih memperhatikan
orang tuanya.
Tiga :
Cerita ini pantas diceritakan kepada
anak dengan gaya penyesuaian sesuai
pemahaman anak. Tidak menceritakan
dengan gaya menakutnakuti.
Empat :
Jika ada kesempatan, waktu dan tem-
pat tak ada salahnya para 72gar men-
gunjungi situsnya di Desa Sirambas
Panyabungan Madina. Wassalam
titik ,
Lima :
Cerita ini, adalah hasil ramuan Uwa
72gar dari hasil mendengar lagu dan
info-info internet.
Enam :
Kepada para anggota Gambus Man
dahiling pimpinan Ibu Danillah dan
Odang S. serta Masdani dan para
krunya sebagai peramu sastra ang
kola Uwa ucapkan Terimakasih.
Publikasi hanya sebatas keperluan
keluarga besar Bgd. Manahan.
Angkola Sipirok.
Sumber : Cerita Internet + CD Koleksi Penulis
Cat : - Salut buat ibu Dinillah dan Odang S. dalam meramu cerita Sampuraga
- Jika rezeki terbagi, tak ada salahnya kita melihat peninggalannya.
- Pada saat tulisan ini dibuat, penulis merasa seperti mau menangis
atas derita yang dialami si Ibu Sampuraga (Paten kali syairnya, dalam
kali maknanya).